Kamis, 06 November 2008

Anand Krishna: Menulis Ibarat Melahirkan

Sutejo

Berawal dari penerbitan rekaman ceramah-ceramahnya tentang meditasi dalam bentuk buku pada tahun 1990, Anand Krishna lalu menjadi penulis buku yang sangat produktif. Hingga tahun ini telah 57 judul buku karya Anand dicetak, selain 7 judul buku audio dan 3 judul dalam bentuk VCD. Apabila dipukul rata selama 14 tahun, berarti setiap tahun ia dapat menulis sekitar empat judul buku! Meski demikian, ada tahun-tahun yang memperlihatkan ia memang sangat produktif seperti pada tahun 1999. Menurut Anand, tahun itu ia mampu menghasilkan 15 buku cetak dan audio.

Bagaimana hal itu dapat terjadi? Lelaki pengagum Soekarno itu menyebutkan bahwa hal ini dikarenakan oleh apa yang akan ditulisnya itu memang sudah lama menempel di kepalanya. Seluruh isi kepala yang menumpuk itu adalah buah dari ratusan buku yang telah dibaca sebelumnya dan tinggal dikeluarkan saja. "Kalau sedang menulis, rasa-rasanya seperti perempuan hendak melahirkan, tidak bisa ditahan-tahan lagi. Semuanya harus dikeluarkan segera," katanya.

Selain itu, produktivitas dalam menulis juga terjadi karena ia punya cukup banyak waktu. Saat ini, praktis kegiatan utamanya adalah mengajar meditasi, baik di rumahnya, di daerah Sunter maupun di Ciawi, dan menulis. Waktu cukup banyak itu dimilikinya karena sudah se¬lama 16 tahun ia membiasakan diri hanya tidur selama empat jam dalam sehari dan selalu selektif dalam memilih undangan untuk menjadi pembicara.

Apa yang dapat diambil dari Anand Krishna? Uh, luar biasa. Pertama, menyediakan banyak waktu dengan manajemen meminimalisir kegiatan. Seringkali, memang, kita tidak baik dalam mengelola kegiatan. Prinsip proporsionalitas dan mendahulukan yang lebih penting belum dimanaj dengan baik. Amanat penting dari pengalaman Anand, dengan sendirinya, adalah bagaimana kita memiliki manajemen kegiatan sehingga tetap positif untuk fasilitasi pengembangan kepenulisan.

Kedua, penggalian endapan pikiran hasil pembacaan yang sudah ada dalam pikiran. Di samping kebiasaan membaca yang luar biasa, bagi Anand, proses pengendapan membaca tentunya terproses di bawah sadar sehingga kental di dalam pikiran. Untuk ini, penting dipikirkan oleh kita calon penulis agar bagaimana membiasakan membaca dalam kegiatan sehari-hari. Jika mungkin, menjadikan membaca sebagai makanan pokok yang penting untuk diciptakan setiap hari.

Ketiga, menulis membutuhkan waktu tak pernah kompromi dalam pelahirannya. Sampai-sampai, Anand menyebutnya menulis itu seperti proses melahirkan. Artinya, masalah waktu tentunya tidak bisa ditawar-tawar. Untuk itu, yang penting dipikirkan adalah bagaimana kita mampu menyediakan ”sepenuh waktu” bagi calon anak berupa orok tulisan. Dengan begitu, maka, proses persalinan pun dapat lancar dan mendapat fasilitasi yang lumayan.

Keempat, profesi apapun tampaknya tidaklah tabu untuk membudayakan kepenulisan. Bahkan, sebagaimana saya singgung dalam tulisan yang lain, hal itu dapat mampu meningkatkan kesuksesan di bidang profesi yang kita geluti. Anand Khrisna adalah contoh penting sukses di bidang trainer di samping bidang kepenulisan. 57 buku lahir sejak tahun 1999 adalah bukti empirik yang luar biasa. Bahkan dalam satu tahun (1999) dia mampu melahirkan 15 buku!

Bagaimana dengan Anda? Sukses menulis tentu tak terlepas dari kemampuan membaca. Entah, suatu waktu hasil membaca itu akan seperti ”orok yang masak”, yang tinggal menunggu waktu persalinan. Ok, selamat mengandung untuk melahirkan ”anak-anak” yang cerdas di masa depan!***

*) Pernah dimuat di Ponorogo Pos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar