Kamis, 06 November 2008

BELAJAR MENULIS DARI HILMAN HARIWIJAYA

Sutejo

Kalau ingin menulis, kita memang dapat mengambil hikmah belajar dari siapa saja. Nah, di sinilah maka dituntut naluri pembelajar (seperti pesan bukunya Andreas Harefa) agar tegar dalam menapaki dunia kepenulisan. Salah satu penulis yang dapat digali pengalaman belajar itu adalah Hilman Hariwijaya. (Sekadar tahu: penulis Anjar, yang nama aslinya Anastasia Ganjar Ayu Setiansih mengaku sangat terinspirasi oleh Hilman ini).

Ceritanya, Hilman Hariwijaya, saat itu sedang promo tour buku serial Lupus ke berbagai sekolah. Hasilnya, pertemuan itu semakin membuat Anjar keranjingan menulis. Buku-buku yang telah lahir dari tangan Anjar yang tergerak oleh Hilman Hariwijaya ini diantaranya: (a) Beraja: Biarkan Ku Mencita (Novel, Grasindo), (b) Kidung Senandung Cinta Untukku (Novel, Grasindo), (c) Tiga! Menjemput Semburat Cinta (Novel, Grasindo), (d) Lelana, Jiwa-Jiwa yang Pulang (Novel, Grasindo), (e) Selasar Kenangan (Kumcer, Akoer), (f) Apa Kabar Kang Je? (Kumpulan Cerita Rohani, Penerbit Obor), dan (g) Karena Aku Sayang (Teenlit, GPU). Perempuan berkacama dengan karya-karya ini adalah Anastasia Ganjar Ayu Setiansih.

Siapa sangka kiprah Hilman Hariwijaya menulis cerita remaja bermula dari kesukaannya pada majalah dan rasa ingin tahu "isi" dapur redaksinya. Ketertarikan dan rasa ingin tahu tersebut berlanjut dengan kenekatan mendatangi kantor redaksi majalah Hai. Setiap pulang sekolah, masih bercelana pendek seragam SMP, Hilman menghabiskan sebagian waktunya di kantor redaksi majalah tersebut.

"Saya kayak anak hilang saja. Cuma ngelihatin mereka kerja. Pokoknya enggak dianggaplah," tutur Hilman mengenang. Berawal dari itu, sedikit demi sedikit ia mulai terlibat dalam keredaksian majalah tersebut. "Kalau dari tulisan panjang yang saya buat dimuat di he¬adline, meski hanya dikutip dua baris saja, saya sudah sangat senang," tutur Hilman menjelaskan. Lama-lama ia menjadi wartawan paruh waktu di majalah tersebut.

Tahun 1978, Hilman unjuk kepiawaian. Ia mengikuti sayembara mengarang. Karyanya berjudul Bian, Adikku yang Tak Pernah Ada menjadi pemenang dalam sayembara itu. Itu baru permulaan. Selanjutnya namanya melambung. Dua karyanya yang tergolong fenomenal, serial Lupus dan Olga, bukan hanya tercatat laris di pasar dan masih terus dicetak ulang, tetapi juga telah diangkat dalam versi layar lebar dan sinetron remaja. Hingga saat ini sekitar 82 judul buku telah dikarangnya.

Bidang remaja memang tidak pernah jenuh ia tekuni. Pengagum Arswendo Atmowiloto dan Astrid Lindgren itu kini menekuni bidang produksi sinetron remaja di stasiun televisi Indosiar. Ia menyatakan kunci tetap mampu menulis cerita remaja tidak lain harus bergaul dengan mereka. Itulah adalah larik-larik pengakuannya dalam sebuah media koran, Kompas.

Dari pengakuan menarik itu, tentu ada beberapa pelajaran menulis yang dapat dipetik: (i) bahwa pergaulan itu dapat mendorong atas tumbuhnya motivasi menulis, (ii) mengenal lebih dini media massa akan mendorong menyatunya naluri menulis, (iii) bahwa menulis adalah sebuah proses, (iv) even kompetisi merupakan batu loncatan penting dalam mengukir dunia menulis, dan (v) dari pengalaman menulis akan mendorong sukses karier di bidang-bidang yang lain.

Untuk inilah, jika Anda memiliki motivasi untuk menulis bergaul dalam komunitas penulis (media massa) adalah sebuah pintu yang maha penting. Paling tidak, pemahaman awal untuk menumbuhkan motivasi di satu sisi dan pada sisi lain menggerakkan kita untuk secara empirik mengenali materi kepenulisan. Dari pergaulan awal Hilman, dapat dipetik, bahwa motivasi untuk upaya untuk mengenal, berlibat, membutuhkan semangat yang tanpa menyerah. Pengenalan media sejak dini, karena itu, merupakan pintu lain yang dapat dimasuki. Sehingga, ghirah bisa lahir. Ghirah dapat melahirkan gerak, gerak melahirkan keterampilan yang kita impikan dalam merengkuh kepenulisan.

Pergaulan penulis dengan beerbagai lapisan masyarakat anak menimbulkan keuntungan penting (a) memahami berbagai karakter orang, (b) melatih dan mempertajam empati diri, (c) membangun relasi –yang entah—kapan bermanfaat, dan (d) menumbuhkan tali cinta. Makna silaturahmi berhikmah ketika kita rajin memaknai berbagai stratifikasi gaul. Penumbuhan emosi secara tidak sadar, peningkatan kecerdasan emosional, dan pendalaman pemaknaan kemanusiaan yang lintas batas lintas waktu.

Di samping itu, hal lain yang dapat diambil dari pengalaman kepenulisan Hilman adalah bagaimana sesungguhnya menulis itu adalah sebuah proses. Artinya, menulis membutuhkan waktu yang tidak pendek. Karenanya, keuletan dan ketekunan merupakan modal terbesar untuk menjaga stamina dalam menapaki proses menjadi. Dengan kesadaran menulis sebagai proses maka tentu tidak ada rumus instan dalam menulis: komunitas, tekun berlatih, bergulat, kompetisi, dan tak pernah puas adalah aroma ”alat kepenulisan” yang akan mengantar kita mencapai singgasana kerajaan kepenulisan.

Even kompetisi adalah makna kepenulisan lain yang dapat dipetik dari pengalaman Hilman. Saya sendiri begitu senang menggeluti kompetisi kepenulisan. Paling tidak, kompetisi mewariskan beberapa hal penting: (i) kesadaran bahwa menang dan kalah adalah hal biasa dalam kompetisi, (ii) melatih kepekaan akan kualitas tulisan, (iii) melatih ingenuitas sehingga memiliki keluwesan untuk menyesuaikan dengan selera juri, (iv) belajar terbuka mengakui kualitas orang lain, dan (v) memantik untuk senantiasa dinamis dan lebih baik.

Kompetisi dengan demikian, merupakan sarana penting manakala kita menghendaki untuk mencapai titik impian yang maksimal. Kompetisi melatih kejujuran, melatih etos, dan melatih menghargai. Kejujuran karena pemenang terbatas, etos karena setiap saat untuk tampil jadi pemenang, dan menghargai karena bagaimanapun setelah terpilih pemenang kita penting untuk menerima dan mengakui prestasi orang lain.

Dan yang terpenting tentunya dengan dengan sukses menulis akan mendorong sukses di bidang lainnya. Banyak tokoh di Indonesia, yang sukses profesi didukung oleh sukses di bidang kepenulisan. Yohanes Surya, fisikawan perintis Olimpiade Fisika yang telah berhasil merintis kompetisi Fisika secara monumental. Yohanes banyak menulis Fisika secara populer sehingga tidak menakutkan, mudah dan enak untuk dimengerti. Adi W Gunawan, trainer dan seminaris motivasi dari Surabaya adalah contoh lain orang yang sukses bidang motivasi karena sukses dalam kepenulisan.

Nama-nama seperti Arisandi, Budi Darma, Taufik Ismail, Andreas Harefa, Suyanto, adalah sedikit nama yang dapat dicontoh berkaitan dengan bagaimana mereka sukses menulis dan sukses di bidang masing-masing. Bagaimana dengan Anda? Tunggu apa lagi, berlatih sekarang menjemput sukses, Insya Allah, ke depan sukses di bidang profesi Anda akan menanti.
***

*) Pernah dimuat di Ponorogo Pos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar