Rabu, 22 Oktober 2008

MENDULANG SPIRITUALITAS MENULIS HELVY TIANA ROSA

Sutejo

Dalam sebuah wawancara kecil dengan Kompas, seorang penulis perempuan berbakat pernah bilang begini: "Saya tidak ingin menyia-nyiakan talenta dari Tuhan dan menjadikan menulis sebagai salah satu bentuk ibadah." Salahkah? Tentu, tidak. Karena, memang kita diciptakan oleh Tuhan untuk beribadah. Mengikat ilmu dengan menuliskannya, dengan sendirinya ibadah.

Perempuan penulis itu adalah Helvy Tiana Rosa, yang saat ini dikenal sebagai penulis cerpen dan novel. Karyanya sudah dipublikasikan di majalah anak-anak sejak ia masih duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar (SD). Lebih dari itu, konon, ia sudah mulai menulis catatan harian mulai kelas satu SD. (Ini tentu mengingatkan kita, tentang bagaimana pentingnya buku harian sebagai media berlatih, berasah, berempati, dan berekspresi dalam kepenulisan).

Menulis buku harian memang merupakan salah satu indikasi seseorang memiliki bakat kepenulisan. Di samping indikator lain seperti corat-coret, suka berkhayal, suka berenung, suka berpetualang, dan sejenis. Di sinilah, barangkali kemudian perempuan pengarang ini dinilai orang mempunyai bakat. Tak, hanya ini tampaknya yang mendorongnya berkarya. Secara alami, juga karena tuntutan ekonomi di masa sekolah dulu menjadikan Helvy Tiana Rosa semakin serius menekuni sastra. "Awalnya sejak SD, SMP, dan SMA saya menulis untuk mencari tambahan biaya sekolah, tetapi kemudian termotivasi untuk membagi sesuatu yang abadi dengan orang lain," begitulah akunya.

Kalau kamu bertanya, sudah berapa sih karya perempuan penulis ini? Paling tidak, saat ini tak kurang dari 35 buku karyanya sudah diterbitkan sejak tahun 1996. Dari 35 buku tersebut, sebanyak 20 buku merupakan karya sendiri dan 15 buku lainnya da¬lam bentuk antologi bersama. Umumnya karya Helvy mendapat sambutan. Oplah minimal pertama kali terbit rata-rata 5.000 hingga 10.000 eksemplar. "Yang gagal alhamdulillah belum ada, pasarnya cukup bagus," kata Helvy menjelaskan. Beberapa kali ia mendapat penghargaan. Cerita pendek Jaring-jaring Merah yang terdapat dalam buku Lelaki Kabul dan Boneka, misalnya, menjadi salah satu cerpen terbaik majalah sastra Horison selama 10 tahun terakhir (1990-2000) dan mendapat Pena Award 2002. Puisinya berjudul Fisabilillah dalam antologi Sajadah Kata menjadi pemenang dalam Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional yang diadakan Yayasan Iqra.

Apa yang kita bisa pelajari dari Helvy Tiana Rosa? Pertama, menulis dapat dijadikan sarana ibadah. Artinya, dengan menulis dapat dipergunakan untuk menebarkan kebaikan? Bahkan, boleh jadi menulis dapat dijadikan sarana jihad yang menyejukkan. Untuk itu, jika Anda ingin “beribadah” tak ada salahnya jika menggiatkan menulis sejak dini untuk beribadah.

Kedua, dengan menulis popularitas dapat didongkrak, nama dapat dicari; ujungnya adalah uang memburu kita. Kata Adi W. Gunawan, ciptakanlah uang memburu Anda bukan Anda yang memburu uang. Helvy Tiana Rosa, karena itu, dapat dijadikan contoh mempesona.

Ketiga, menulis tidak pilih jenis kelamin. Seringkali, ada sebagian orang bilang, “Ah aku kan perempuan”. Ini sebuah mental block yang harus dirobohkan karena memang pandangan bias gender demikian tidak perlu terjadi. Sukses menulis, dengan sendirinya, juga tidak ditentukan oleh jenis kelamin.

Keempat, dari awal menulis populer ternyata dapat menjadi jembatan kepenulisan sastra yang serius. Hal ini, dapat dibuktikan dari pengalaman awal kepenulisan Helvy sampai kini yang telah banyak memperoleh penghargaan sastra serius. Jika kita menginginkan untuk mengembangkan kepenulisan jenis ini, maka berguru kepadanya adalah hal penting yang dapat kita lakukan.

Terakhir, menulis tentunya membutuhkan proses. Dengan demikian, keterampilan menulis tidaklah dapat diinstankan. Sekali lagi etos dan ulet adalah kunci pertama, kejelian dan kecakapan retorika adalah hal selanjutnya yang penting dibina. Jika kita mampu belajar dari Helvy Tiana Rosa ini, bukan hal ajaib jika suatu saat kita pun dapat memetik keberuntungan finansial yang luar biasa.

Pendek kata, sukses menulis juga sukses dalam finansial. Rumus sukses menulis ala Helvy, adalah menjadikannya sebagai jembatan ibadah adalah sebuah tujuan mulia yang dapat kita teladani oleh siapapun kita. Selamat mencoba, selamat berkarya!***

*) Pernah dimuat di Ponorogo Pos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar