Rabu, 22 Oktober 2008

BERGURU MENULIS DARI CLARISSA PINCKOLA ESTES

Sutejo

Jika Anda ingin mencipta karya (tulisan), maka bahan dasarnya adalah kehidupan Anda sendiri, pengalaman, masa kecil, dan pengetahuan Anda. “Jika Anda ingin mencipta, Anda harus mengorbankan kedangkalan, sedikit rasa aman, dan rasa ingin disukai. Anda harus menata wawasan Anda yang paling kuat, visi Anda yang paling jauh”, begitulah pesan Clarissa Pinkola Estes.

Lucu? Nggak, bahkan apa yang diungkapkan Estes ini merupakan sesuatu yang sangat alamiah. Bahan dasar kepenulisan memang pengalaman hidup kita sendiri. Banyak contoh penulis dapat dijadikan sample ungkapannya. Pengalaman Andri Wongso sebagai trainer motivasi mendorongnya untuk menjadi penulis buku yang sangat produktif. Ariesandi Setyono, dari pengalaman hypnosis melahirkan beberapa buku berkaitan dengan hal ini. Parentinghipnosis (2006) adalah contohnya.

Untuk ini, renungkanlah kehidupan ini dengan penuh makna. Kehidupan Anda sendiri, seperti pengalaman Remy Silado menjalani kehidupan penuh permenungan, pengamatan, dan pencatatan yang bermakna baginya. Hasilnya, luar biasa. Maka penulis Pinkola Estes, berpesan tentang pentingnya pengalaman pribadi demikian, nyaris, semua penulis bermuara dari pintu kehidupan yang satu ini. Persoalannya adalah sering diantara kita tidak menganggap bahwa apa yang kita ketahui, kita alami, dan kita perjuangkan sebagai inventarisasi kehidupan di masa depan yang amat mahal.

Para perentas jalan sukses kepenulisan telah menjadikan ini sebagai jembatan tol yang mampu menghadirkan kecepatan rentasan tanpa rintangan. Mengapa kita tidak lakukan? Ingat kembali pesan, Pinkola Estes: “Kehidupan Anda sendiri, pengalaman, masa kecil, dan pengetahuan Anda. “Jika Anda ingin mencipta, Anda harus mengorbankan kedangkalan, sedikit rasa aman, dan rasa ingin disukai. Anda harus menata wawasan Anda yang paling kuat, visi Anda yang paling jauh”

Dengan pengalaman demikian, maka rasa aman dalam rumah kejiwaan tentunya merupakan yang penting untuk disingkirkan sebab jiwa kepenulisan tak pernah puas, tak pernah damai, dan tak pernah bersahabat dengan keganjilan-keganjilan, dengan kepincangan-kepincangan yang terjadi dalam kehidupan kita. Dengan bekal ini, semacam visi berubah digubah penulis, misi hati penulis dilukis, meski hanya lewat kearifan kata, penulis akan bersenjatakan pikiran untuk mencipta perubahan.

Sejarah peradaban yang mengusung perubahan selalu berawal dari dunia literacy yang kuat. Jepang, Cina, dan Korea adalah Negara Asia yang demikian mendudukkan dunia menulis ini sebagai pilar peradaban dan keilmuan di negerinya. Pengalaman berbangsa dapat diracik sebagai obat di kemudian waktu, visi dan misi pertiwi dapat diuji dalam kritik kaji tulis yang bermuara pada hati.

Bahan dasar yang dipesankan Pinkola Estes, ternyata kemudian, bukan sekadar pesan kepenulisan tetapi merupakan hakikat ruh perubahan dari apa yang penting dilakukan sebagai bangsa yang berubah. Bayangkanlah sekarang, jika di tingkat kabupaten masing-masing ada 10 penulis yang tiap 6 bulan menghasilkan pemikiran tentang perubahan hidup, maka jika sekitar 330 kabupaten di seluruh Indonesia, selama enam bulan akan lahir 3.300 buku inspiratif untuk membantu memajukan negara. Luar biasa?

Karena menulis adalah wilayah kejujuran, maka rasa aman dan ingin disukai tentunya justru akan berlawanan dengan apa yang akan kita terima. Siapkah Anda? Mengapa tidak? Menulis bukan kejahatan, tetapi sumur kejujuran yang akan mengirimkan air kehidupan yang tanpa dasar. Menulis adalah alam kritis yang mengalirkan bening pikir, dengan kata lain, tulisan adalah hasil refleksi dari sumur hati yang akan menghidupkan.

Nah, sekarang bagaimana dengan Anda? Modal dasar kepenulisan adalah pengalaman hidup Anda, masa kecil Anda, dst. Maka, dapat ditasbihkan, menulis adalah kehidupan itu sendiri. Jika dunia kepenulisan suatu bangsa baik, dapat diprediksikan baik pula kehidupan bangsanya. Jika Anda ingin mewujudkan nasionalisme berbangsa, dalam konteks mutakhir, tak perlu Anda mengangkat bedil dan kelewang; cukuplah asah pikir dan hati untuk perang melalui tulisan. Bukankah tulisan adalah pedang yang abadi?

Pesan Pinkola Estes itu, jika kita mau mengeksplorasi lagi masih banyak penulis besar yang berpikiran sama. Marcel Proust misalnya bilang begini, “Semua bahan untuk karya sastra tidak lain adalah kehidupan masa lalu saya.” Amerika adalah contoh bangsa yang menghargai karya sastra (tulisan), karena itu, tidak mengherankan kalau karya-karya mereka inspiratif untuk bidang-bidang lainnya, seperti perfilman dan keilmuan.

Melangkahlah, pesan saya, untuk mengabadikan pengalaman hidup buat kebermaknaan orang lain dan bangsa yang Anda cintai. Sebuah nasionalisme yang tanpa provokasi, tanpa manipulasi. Karena batas waktu terlompati untuk merengkuh titik puncak dari tamasya pemikiran yang akan mencerahkan generasi di masa datang.***

*) Pernah dimuat di Ponorogo Pos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar